( bagian 1 )
Warsiah, dia hanyalah lulusan sekolah dasar didesanya. Bisa baca tulis, Tapi entah mengapa hanya dengan huruf-huruf balok yang dapat dibaca olehnya. Dia hanya orang biasa seperti orang Jawa lainnya yang hijrah ke Ibukota mengadu peruntunggan demi melanjutkan sisa-sisa perjuangan hidup didunia ini bermodalkan keluguan, kejujuran dan kesederhanaannya.
Perjuangannya dimulai 6 tahun yang lalu. Warsiah beserta Suami(Turiman) dan Anak Semata Wayangnya(Yuli) berangkat ke Jakarta. Sesampainya di Jakarta Turiman berprofesi sebagai supir angkutan umum dan Warsiah sebagai tukang cuci dari rumah ke rumah.
Kisah Warsiah pun dimulai. Kegigihan dan keramahan Orang Jawa sangat kental dalam diri Warsiah. Ketekunannya dalam pekerjaan tak jarang mendapatkan acungan jempol dari majikan-majikannya dan tak jarang dia sering membawa banyak makanan yang diberikan majikannya untuk dibawa pulang ke rumah.
Sungguh beruntung nasib Warsiah, karna ada salah satu majikannya yang sangat kaya raya dan pemurah yang sangat sayang dan percaya padanya. Tetapi kepercayaan itu tidak dengan begitu saja ia dapatkan. Ya, kepercayaan itu didapatkan atas kejujuran dan keluguannya disuatu pagi. Langit masih gelap dan majikannya pun masih lelap tertidur. Warsiah berangkat dari rumahnya menuju rumah sang majikan. Seperti biasa Warsiah masuk lewat pintu belakang rumah sang majikan dan tak jarang harus melompat pagar karena sang majikan belum bangun. Sang majikan yang memang orang sibuk sering sekali pulang larut malam dan meletakkan pakaian yang telah dipakainya langsung kekeranjang pakaian kotor tanpa memeriksanya terlebih dahulu, tugas Warsiah.pun menjadi bertambah.
Dengan sabar dan teliti dia memeriksa setiap saku celana dan pakaian kotor. Ditengah keseriussannya memeriksa disalah satu celana majikannya dia menemukan uang yang setelah dihitungnya berjumlah 3 juta rupiah. Tanpa berfikir panjang dia langsung memberikannya kepada istri sang majikan yang kebetulan baru saja bangun dan sedang memperhatikannya. Sang majikan pun bangun dari tidur dan langsung bersiap-siap kerja karna hari itu ada tugas keluar kota. Sang majikan yang terburu pun akhirnya lupa atas uang yang ada di saku celananya kemarin malam.
Tiga hari berlalu, Sang majikan yang baru saja pulang dari kalimantan sengaja menghampiri Warsiah. Tanpa basa basi sang majikan langsung menanyakan prihal uang yang tertinggal disaku celana sang majikan kepada Warsiah. Dengan sangat tenang dia menyampaikan semuanya tanpa ada yang ditutupi sedikitpun. Sang majikan pun belalu menemui sang istri untuk membuktikan kebenaran cerita dari Warsiah. Tak lama waktu berselang sang majikan kembali dengan wajah yang sedikit kecewa menatap Warsiah tukang cuci kesayangannya itu. Sang majikan pun menghampiri Warsiah. Sang majikan yang mengira Warsiah berbohong meminta Warsiah kembali mengatakan yang sebenarnya. Dengan tetap tenang karna merasa tidak bersalah Warsiah berkata dengan dialek medok jawanya “ Pak, sudah saya serahkan ke ibu semuanya...” sambil menunjukan catatan kecil miliknya. Di catatan yang ditulisnya dengan huruf-huruf balok itu Warsiah mencatat setiap detil jumlah, tanggal, bulan, tahun bahkan jam penyerahan uang tersebut kepada sang istri majikan. Alhasil sang majikan marah besar kepada sang istri dan terjadilah pertengkaran. Saat yang bersamaan Warsiah pun meminta untuk berhenti.
Waktu berlalu, Sang istri majikan yang telah mengaku bersalah datang menemui Warsiah dan meminta Warsiah kembali bekerja dirumahnya.
No comments:
Post a Comment